dearsrikandi

Hari ini Joan dan Kale akan melaksanakan pre-wedding photoshoot. Karena Kale dan Joan dulunya adalah sepasang sahabat baik, maka konsep foto yang akan digunakan hari ini berjudul “We're Best Friend!”

Outfit yang digunakan cukup sederhana. Sengaja. Joan dengan kemeja berwarna kuning pastel serta Kale yang menggunakan outer dengan warna coklat muda dan inner berwarna putih terlihat sangat cocok. Gaya fotonya pun akan terlihat santai, layaknya sepasang sahabat.

“Yuk pose terakhir boleh bebas,” ucap sang photographer mengarahkan gaya.

“Jo pengen coba angkat lo di punggung itu kaya tadi lo ke gue, boleh nggak?”

“Hah? Kamu smol Kale takutnya jatoh.”

“Cobain please please sekali.”

Apa boleh buat, akhirnya Joan mengalah. Di luar dugaan, ternyata Kale sanggup. Smol but strong ya ternyata.


“Mas boleh fotoin pake handphone saya nggak ya? Sekali aja,” ucap Kale.

“Oh, boleh Mbak.”

Kale menyerahkan handphone miliknya kepada sang photographer.

Cekrek

“Beneran cuma sekali aja Mbak?”

“Iya udah sekali aja. Makasih ya Mas.”

“Iya Mbak, sama-sama. Ini kebetulan udah beres ya. Makasih banyak, photoshoot-nya beres lebih awal dari yang diperkirakan, makasih buat Mas sama Mbak yang sangat enak diajak kerja sama. Lucu deh cocok banget ini mah beneran jodoh.”

Kale dan Joan tersipu malu, namun tetap tertawa mendengar omongan dari sang photographer.

“Hahaha Mas bisa aja.”

“Joan, you look so damn fine today,” ucap Kale pada lelakinya yang dibalas usapan kepala sambil berkata,

“Gue sayang banget sama lo masaaa.”

“Ih Joan nggak nyambuung!” protes Kale.

“Nggak apa-apa. Cinta nggak harus selalu nyambung.”

“Apa sih Joan hahaha geliiiii.”

Lalu setelahnya mereka berdua tertawa dan menikmati suasana menjelang malam Kota Jakarta yang entah mengapa mendukung momen mereka sekarang.

Dasar pasangan baru.

“Joan, you look so damn fine today,” ucap Kale pada lelakinya yang dibalas usapan kepala dari sang lelaki sambil berkata,

“Hahaha, gue sayang banget sama lo masaaa.”

Kale tertawa, “Ih nggak nyambung tau Joan.”

“Gapapa, cinta nggak harus selalu nyambung.”

“Ih Joan apaansih geliiii.”

Lalu mereka berdua sekarang sama-sama tertawa sambil menikmati indahnya suasana Kota Jakarta menjelang malam tersebut.

Dasar pasangan baru.

“Joan, semisalnya, di masa depan, yang gue nggak tau kapan, your ex suddenly approach you, either by text or by person to person, and then she said that she wants to back with you, what would you do?”

“Wow, so you curious about my ex? Tapi okay I'll try to be honest to answer your question.”

“Okay, silahkan.”

“Kalau pun itu terjadi, ya yaudah gue hanya akan cukup tau. Karena gue bener-bener udah nggak ada feeling atau kaya rasa-rasa yang istilahnya mah masih ada gitu jadi bener-bener sudah clear. Jadi kalo kaya gitu ya gue kasih tau kalo gue udah punya lo dan gue gak ada niat sama sekali untuk nikah lagi jadi cukup lo aja.”

“Jadi udah clear kan?” tanya Kale.

All clear.”

Glad to hear that. Gue jadi tenang.”

“Haha dasar. Kalo lo, gimana?” tanya Joan.

“Gue? Sama kaya lo Jo, all clear. Lo tau sendiri kapan terakhir kali gue pacaran dan setelahnya gue bener-bener sama sekali nggak kepikiran untuk balik ke mantan gue. Karena kalo dipikir-pikir, gila, mantan gue brengsek semua, kok gue mau ya dulu sialan kayanya kena pelet,” jawab Kale.

“Hush, jangan sembarangan kalo ngomong. Itu mah lo nya aja yang cinta buta gak usah bawa-bawa pelet.”

“Hahaha sialan. Ya nggak salah sih Jo.”

“Joan,” panggil Kale.

Mereka saat ini sedang berada di dalam mobil, perjalanan pulang dari butik Kak Ivan.

“Ya Kale kenapa?”

“Kalo gue ajak ngomong serius pas lo lagi nyetir gini, gak apa-apa? Atau lo prefer kita mampir ke suatu tempat baru ngobrol?”

“Mampir aja Le, takut gue nya nggak fokus. Gapapa?”

“Ya nggak apa-apa. Kan tadi gue yang nanya. Yaudah. Lo ada rekomendasi tempat?”

“Ada.”

“Di mana?”

Rooftop kantor gue.”

“Hah? Emang buka? Weekend kan Jo sekarang.”

“Ada security yang jaga kan.”

“Emang kita boleh masuk?”

Joan menoleh ke arah Kale yang sedang menatapnya penasaran, Joan tertawa.

Lupa ya ni anak kan gue yang punya kantornya, batin Joan.

“Le, lupa ya?” tanya Joan sambil terkekeh.

“Hah apaan?”

“Yang punya Kiehls, kan gue.”

“Lah oiya juga ya hahaha gue apaan deh. Yaudah leggo kita ke Kiehls!”

“Hahaha. Sebelum ke Kiehls, beli makan dulu yuk. Bungkus aja. Makan di rooftop.

“Ayo McDonald!” ajak Kale.

“Haha okaay I'll take you to McDonald

Sebelum benar-benar diukur, Kale diperbolehkan untuk mencoba beberapa koleksi milik Kak Ivan, sang designer baju, di butik milik Kak Ivan untuk mencari referensi model yang pas. Karena kebetulan Joan adalah teman serta rekan bisnis Kak Ivan, maka saat ini Kale dipegang langsung oleh Kak Ivan. Padahal, biasanya ketika ada yang mau fitting akan di-handle oleh asisten atau pegawai butik Kak Ivan.

“Jo, gimana?” tanya Kale saat keluar dari fitting room.

Joan menatap Kale dari ujung kepala sampai ujung kakinya.

Damn, I bet that Aphrodite would be jealous if met Kale right now, batin Joan.

“Jo, ih jangan diliatin gitu malu.”

“Eh, sorry Kale gue speechless, cantik banget calon gue ya Tuhan.”

“Menurut lo kalo modelnya gini, gimana?”

“Gue okay sih, cuma agak concern ini aja sih Le, takut lo masuk angin ini kan backless ya terus acara kita outdoor, takutnya lo masuk angin.”

“Oiya ya bener juga Jo.”

“Eh jangan sedih shay, ini gue ada model yang begini tapi nggak backless, wait ya, gue ambilin,” ucap Kak Ivan.

“Waah, thank you banget Kak Ivan. Sorry nih, aku jadi repotin Kak Ivan.”

No need to be sorry, kan kerjaan gue. Bentar ya.”

“Okay Kak.”


“Jo, gini bagus?” tanya Kale saat keluar dari fitting room untuk kedua kalinya. Kali ini menggunakan baju lebih tertutup dari sebelumnya.

Perfect,” ucap Joan.

“Kak Ivan mungkin aku ambil model ini kali ya cuma nanti ditambah beberapa detail aja di beberapa bagian.”

“Iya boleh banget beb. Ini mau diukur sekarang aja gak nih biar nggak usah bolak-balik nantinya?” tanya Kak Ivan.

“Boleh Kak sekarang aja.”

“Okay gue ambil dulu peralatannya ya.”

“Okay Kak.”

Seminggu setelah kunjungan Joan dan Kale ke Taman Kajoe dan diinformasikan bahwa tanggal tersebut tidak available, Rama kembali menghubungi Joan dan berkata bahwa tanggal tersebut menjadi available karena yang sebelumnya booking tak kunjung membayar biaya tanda jadi yang sudah tertera di terms and conditions.

Maka dari itu sekarang mereka— Kale dan Joan, sedang dalam perjalanan menuju Taman Kajoe. Joan senang melihat Kale sangat bersemangat pasalnya ini merupakan venue yang Kale inginkan.

“Joan gue seneng bangeeeet akhirnya bisa di Taman Kajoe,” ucap Kale.

“Iya berarti selain kitanya jodoh, kita juga jodoh sama Taman Kajoe,” ucap Joan.

“Untung kita sibuk ya minggu lalu jadi belum sempet cari venue baru. Kayanya gue sakit hati banget kalo udah dapet venue baru terus si Taman Kajoe ini available,” ucap Kale.

“Haha iyaa. Lo semangat banget deh,” ucap Joan.

“Emaang! Soalnya hari ini mau ngomongin dekor juga kan? Gue mau omongin konsep yang udah gue bikin itu Jo yang pernah gue kasih liat ke lo,” ucap Kale.


“Berarti ini kita deal ya Pak, Bu, untuk di tanggal 17 Maret atas nama Bapak Joan Eldishe Kiehls ya ini,” ucap Rama.

“Iya Kak,” ucap Joan.

“Oke baik sudah saya catat ya, Pak, Bu,” ucap Rama.

“Untuk biaya saya harus bayar lewat apa ya Kak? Apakah harus cash atau bisa lewat debit?” tanya Joan.

“Bisa Pak lewat debit ini ke nomor rekening yang ada di sini Pak,” ucap Rama sambil menunjukkan nomor rekening yang tertera di terms and conditions.

“Yaudah ini saya bayar lunas saja ya sekarang,” ucap Joan.

Rama kaget, “Lunas sekarang Pak?”

“Iya, sekarang aja. Takutnya saya sama Kale nanti sibuk jadi nggak sempet dan biar lega aja,” ucap Joan.

“Ooh.. maaf ya Pak saya tadi agak kaget karena biasanya yang lain bayarnya selalu dibagi menjadi 3 kali seperti yang ada di terms and conditions. Mungkin bisa ya Pak ini berarti jumlah yang harus Bapak bayar adalah sebesar 433 juta rupiah ya, untuk rinciannya yaitu sebesar 195 juta untuk biaya 100 pax di malam hari, 235 juta untuk biaya 300 pax acara pagi hari, dan untuk 3 juta nya lagi adalah biaya jaminan apabila ada kerusakan properti Taman Kajoe yang disebabkan oleh tamu atau jika tamu yang datang melebihi jumlah yang sudah ditetapkan, yang mana nanti jika hal yang tidak diinginkan tidak terjadi, pihak Taman Kajoe akan mengembalikan biaya 3 juta ini.”

“Oke sebentar ya, saya transfer sekarang,” ucap Joan.

“Baik Pak, mungkin saya ambil buku kuitansi untuk menuliskan kuitansi pembayaran ya Pak, Bu, mohon izin sebentar,” ucap Rama.

“Iya silahkan Kak.”


“Kak maaf mau nanya, kalo untuk dekorasi, itu saya boleh ikut merancang konsep nggak ya Kak atau sudah ditetapkan oleh Taman Kajoe?” tanya Kale.

“Boleh Bu, mungkin biar enak saya panggil yang biasanya mengurus konsep dan tim dekorasi kali ya?”

“Wah boleh tuh Kak.”

Rama beranjak dari tempat duduknya semula dan tak lama kemudian datang bersama wanita cantik yang membawa buku, pensil, juga Ipad di tangannya.

“Bu, Pak, kenalin, ini Rahmi, yang biasanya bagian dekorasi,” ucap Rama.

“Siang Bu, Pak, saya Rahmi yang akan membantu dekorasi acara Bapak dan Ibu,” ucap Rahmi memperkenalkan diri.

“Siang Kak Rahmi. Saya Joan, ini calon saya Kale yang nanti mungkin akan lebih banyak diskusi sama Kak Rahmi mengenai konsep dekorasi.”

“Saya Kale, yang nanti bakal ngerecokin tim dekor nih buat konsep dan lain-lain,” ucap Kale.


“Sebenarnya saya sudah buat gambaran kasar untuk acara pagi dan malamnya Kak, sama color palette-nya juga mungkin nanti disesuaikan dengan yang biasanya digunakan Taman Kajoe ya,” ucap Kale sambil menunjukkan gambaran kasar yang Ia buat.

“Wah, bagus sekali Ibu, terima kasih banyak ya sangat membantu tim kami. Mungkin untuk gambarnya nanti bisa dikirimkan melalui nomor WhatsApp saya ya Bu,” ucap Rahmi.

“Asyik. Nanti saya kirim ya Kak,” ucap Kale.

Joan dan Kale saat ini sedang menuju venue yang sudah mereka pilih untuk jadi tempat acara sakral mereka berlangsung. Setelah beberapa hari yang lalu Joan menghubungi pihak venue dan akhirnya mereka sepakat untuk bertemu pada hari ini, sekalian melihat-lihat keadaan Venue.

Lokasi yang mereka pilih adalah “Taman Kajoe” di daerah Jakarta Selatan. Mereka memilih Taman Kajoe karena harganya pas dan sesuai dengan apa yang mereka sediakan.

“Halo, ini Pak Joan dan Ibu Kale ya? Saya Ramadhan tapi biasa dipanggilnya Rama, kebetulan yang kemarin dihubungi oleh Pak Joan. Silahkan duduk dulu Pak, Bu, saya mau ambil bahan-bahan yang akan ditunjukkan ke Pak Joan dan Ibu Kale, silahkan Pak, Bu,” ucap Rama.

“Oiya, terima kasih ya Rama.”

Kale dan Joan pun duduk di salah satu tempat yang tersedia, lalu tak lama disusul oleh Rama.

“Kemarin tuh rencananya mau ambil yang 300 pax untuk acara pagi dan 100 pax untuk acara malam ya?” tanya Rama.

“Iya betul, eum ini saya panggil Kak Rama aja kali ya, gak apa-apa kah?” tanya Kale.

“Iya Ibu nggak apa-apa, senyamannya Ibu aja,” jawab Rama.

“Okay. Iya Kak Rama bener. Ini saya mau mastiin, paket yang include itu sama kan ya sama apa yang ada di google? Takutnya ada beberapa aspek yang beda.”

“Iya bener Ibu, sama kaya yang ada di google mungkin ini juga Ibu saya bawakan guideline book-nya juga, sebenarnya sama seperti yang di google cuma di sini lebih banyak gambarnya Bu, siapa tau jadi referensi,” ucap Rama sambil menyerahkan guideline book yang dimaksud.

“Makasih banyak ya Kak. Ternyata udah lengkap banget ya disini,” ucap Joan.

“Iya Pak alhamdulillah di sini udah lengkap semua. Paling kalo mau ada tambahan additional sih biasanya MUA aja sih Pak, Bu,” ucap Rama.

“Wah iya ya jadi lebih praktis ya udah termasuk ada WO juga. Soalnya kemarin saya sama Joan agak bingung harus cari WO di mana karena temennya Joan ternyata di hari itu udah gak nerima job lagi karena udah fullslot.”

“Kebetulan banget ya, jodoh berarti.”

“Iya nih jodoh kayanya.”

“Kalau boleh tau, Ibu sama Bapak mau di tanggal berapa ya? Biar saya cek ini available atau nggak tanggalnya.”

“Kita mau di 17 Maret Kak, semoga kosong ya,” jawab Kale.

“Oke sebentar ya Bu, saya cek dulu,” ucap Rama sambil mengecek sesuatu di ponselnya.

“Yah Bu, Pak, sayang sekali sebenarnya di tanggal segitu kemarin sudah ada yang berminat. Mungkin nanti kalau di-cancel saya hubungi Pak Joan lagi saja ya?” tanya Rama.

“Yah, sedih banget padahal saya udah sreg banget nih di sini. Yaudah deh. Mungkin nanti kalau jodohnya mah nggak kemana ya,” ucap Kale.


“Joan gue sedih deh itu Taman Kajoe soalnya udah enak banget dia udah include banyak hal,” ucap Kale saat mereka sudah di perjalanan pulang.

“Iya gue juga sebenernya udah sreg, tapi ya gimana lagi kan nggak mungkin tanggal kita yang pindah. Lo gapapa kan?” tanya Joan.

“Sedih sih. Cuma yaudah deh nggak apa-apa, kita cari yang lain aja,” ucap Kale.

Ingin menghibur Kale, Joan mengusap kepala Kale lalu meraih tangannya dan Joan mencium tangan Kale.

Kale yang terkejut, malah reflek menarik tangan Joan. Lalu muncul ide jahil di kepalanya.

“Aw, sakit Kale! Wah gila gua baik-baikin gua sayang-sayang balesannya begini,” ucap Joan mengaduh. Ya, Kale tadi menggigit punggung tangan Joan. Namun, setelahnya Kale tidak melepaskan genggaman tangan Joan dan malah mengusap-usap punggung tangan yang tadi Ia gigit.

Memang pasangan aneh.


Sumber wedding package: https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://tamankajoe.com/wp-content/uploads/2020/06/Wedding-Package-2020.pdf&ved=2ahUKEwj7o7mPp6j0AhWhzDgGHe-2BK4QFnoECAwQAQ&usg=AOvVaw0K1eBXcDYKBqpvPmbewNUK

Setelah selesai mengurus perihal administrasi, akhirnya mereka sampai di tahap lamaran.

Lamaran yang mereka lakukan sangat sederhana, berlangsung di kediaman Kale karena kebetulan di belakang rumah Kale terdapat halaman yang luas sehingga bisa digunakan.

Mereka melalui serangkaian acara yang cukup sakral dan kadang membuat air mata jatuh karena terharu.

“Apabila sekarang ini Saudara Joan Eldishe Kiehls dan Saudari Kale Araya Dlia akan bertukar cincin, maka terlebih dahulu kami hendak bertanya,

Apakah Saudara Joan Eldishe Kiehls dan Saudari Kale Araya Dlia mau menciptakan hubungan khusus antara saudara-saudara berdasarkan kasih karunia, yang menuju kearah perkawinan di kemudian hari?”

“Iya, dengan segenap hati kami,” jawab Joan dan Kale kompak.

“Kenakanlah cincin ini sebagai simbol atau lambang persekutuan saudara-saudara menuju perkawinan.”

Setelah itu mereka mengambil cincin masing-masing, Joan mengambil miliknya, begitu juga dengan Kale.

Joan memberikan cincin di tangannya kepada Kale, “Kale Araya Dlia, aku mengikat engkau sebagai tunanganku dan memberikan serta mengenakan cincin ini sebagai tanda cinta kasih saya kepadamu.”

Kale pun melakukan hal yang sama, memberikan cincin miliknya pada Joan, “Joan Eldishe Kiehls, aku mengikat engkau sebagai tunanganku dan memberikan serta mengenakan cincin ini sebagai tanda cinta kasih saya kepadamu.”


Sumber: https://www.gerry.id/2020/09/tata-ibadah-pertunangan.html

Walaupun sudah direncanakan, tetap ada saja yang tertinggal. Ternyata, yang Kale lihat kemarin merupakan dokumen untuk mereka yang beragama muslim. Pantas saja sebenarnya Joan agak bingung sejak Kale mengajak untuk ke KUA, karena mereka harusnya ke Disdukcapil. Memang agak berbeda dalam beberapa hal mengingat Kale dan Joan bukan beragama Islam. Jadi, mereka putuskan untuk mampir ke salah satu cafe di daerah Jakarta.

“Jo berarti nanti deh kita weekend kali ya ke gereja untuk nanya-nanya. Eh atau sekalian aja gak sih abis ibadah?”

“Iya Le, maaf ya gue juga nggak ngingetin lo,” ucap Joan.

“Ih Joan nggak apa-apa, kan gue yang salah liat,” ucap Kale.

“Iya next time kita harus lebih teliti ya.”

“Haha iyaa. Btw Jo, sebenernya ada yang mau gue omongin,” ucap Kale.

“Tentang?”

Budgeting. Tabungan lo ada berapa sekarang?”

“Gue lupa. Bentar gue cek dulu ya,” ucap Joan sambil mengecek saldo pada rekeningnya lewat handphone miliknya.

Kale mengeluarkan handphone miliknya dan menunjukkan pada Joan, “Nih Jo, duit gue di rekening ada segini.”

“Anjir banyak juga ya. Nih gue segini,” ucap Joan sambil menunjukkan saldo rekening yang tertulis di layar handphone-nya.

“Anjing Joan banyak banget duit lo gue kaget banget.”

“Nggak ih biasa aja. Syukur aja segini cukup buat nikahin lo.”

“Ini mah lebih dari cukup edan.”

“Iya syukur kalo lebih dari cukup. Rezeki. Kira-kira cukup nggak ya Le?”

“Cukup Joan. Kalo dari lo sendiri nih, lo pengen nikahan lo yang kaya gimana sih?”

“Gue? Gue pengen yang simple sih Le sebenernya, gak usah yang ribet-ribet.”

“Yes cocok. Sebenernya Jo gue udah mikirin ini sih. Gimana kalo pas pemberkatan dan lain-lain, alias acara paginya, itu ya udah tamu-tamu kita kaya keluarga, temen-temen deket, rekan kerja lo, rekan kerja gue, sama kenalan-kenalan kita yang lain, cuma ntar dekornya dibikin sederhana aja. Nah, malemnya, kita bikin kaya family dinner gitu Jo. Bukan family doang sih sebenernya. Kalo gue pengennya keluarga sama sahabat deket gue gitu. Biar kerasa intimate event aja gitu. Tapi ini bebas sih, ini baru gambaran kasar gue doang. Nanti bisa kita diskusiin pas udah nemu venue dan diskusi sama tim dekor. Gimana Jo menurut lo?”

“Bagus juga sih Le. Gue suka ide lo. Suka banget karena pas banget dari dulu gue pengen yang kaya gini. Soalnya capek gak sih dari pagi terus harus resepsi yang lama banget gitu. Gue kayanya tepar haha.”

“Yaudah itu nanti ya gue bikinin gambaran lebih jelasnya lagi buat suasananya ky gimana nanti gue tunjukin. Tapi sejauh ini, kaya gitu, aman ka. Jo?”

“Aman cantiik.”