The Answer

Saat ini Kale dan Joan sudah berada di salah satu cafe yang terletak tak jauh dari kantor tempat Kale bekerja.

“Jo,” panggil Kale.

Joan yang tadinya sedang mencolek saus sambal menggunakan kentang goreng miliknya lantas langsung mengarahkan pandangannya ke Kale, “Hm?”

“Demi Tuhan nggak usah sok ganteng ham hem ham hem Joan.”

“Haha apa sih Kalee bukannya gue emang selalu kaya gini tiap lo manggil?”

“Nggak gitu. Kadang 'Iya?' atau 'Yaa?' atau 'Iya Kale kenapa?' gitu.”

“Wih hapal amat gue liat-liat.”

“Haha males ah. Jo serius dulu sini dengerin.”

“Iyaa Kale kenapa?”

“Menurut lo, ini gue nanya pendapat ya Jo, arti pernikahan buat lo itu apa?”

“Wow, okay, wait, istirahat makan siang lo sampe kapan Le? Takutnya gue ngomong kepanjangan,” tanya Joan yang sebenarnya cukup kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Kale.

“Masih lama. Tadi gue udah izin kalo bakal telat karena ada urusan dan udah di acc ko,” jawab Kale.

“Aah okay. Gue jawab ya. Ini dari pandangan gue ya Kale, menikah itu has a deep meaning banget ya, nggak gampang untuk gue bisa men-describe arti dari sebuah pernikahan, but I'll try. Menurut gue, menikah itu bener-bener sebuah proses sakral antara kita dengan Tuhan yang menyatukan dua orang yang berbeda menjadi satu. Ya walaupun mungkin nggak 100% menyatukan ya karena I know everyone has their own privacies yang nggak bisa diusik even sama pasangannya. Jadi banyak hal yang bakal nantinya mungkin terjadi. Gue pernah baca di mana ya lupa, katanya gini, 'Marriage means changing, learning, and growing' dan gue setuju sih dengan itu karena dari pernikahan itu sendiri mungkin dari awal pernikahan sampai nanti menjalani hari-hari as a husband and wife itu bakal banyak perubahan yang terjadi, bisa dari sifat, kebiasaan, atau kedekatan satu sama lain mungkin akan berbeda. Terus juga nanti tiap harinya kita bisa belajar hal baru, entah lo yang belajar dari gue, gue yang belajar dari lo, atau emang kita belajarnya barengan. Bisa juga lebih belajar memahami, mengenal, dan menghargai satu sama lain karena ya kita akan tinggal dalam satu atap dalam jangka waktu yang lamaaaaa banget, kalo nggak saling ngerti, gimana? Jadi pasti akan sangat belajar tentang itu. Gitu sih jadi nanti tumbuh berkembang bareng-bareng jadi keluarga kecil bahagia. Wow gue panjang banget ya ngomongnya haha maaf ya Kale.”

Kale yang mendengarkan jadi terkesima atas penuturan yang baru saja Joan ucapkan.

“Keren sih, karena jujur gue sependapat juga sama lo Jo, dan gue adalah orang yang sangat menghargai komitmen, dan sangat tidak suka yang namanya cheating, mau gimana pun cara atau alesannya cheating means cheating. Jadi gue sangat berharap kalo emang nantinya kita bener-bener bareng, gue pengen pernikahan lo sama gue adalah yang terakhir bagi kita berdua dan jangan ada kata pisah di sepanjang perjalanannya.”

“Iya I know, because I hate cheating too haha. Gue juga nggak suka perpisahan Le, tapi beda lagi kalo emang dipisahinnya sama Tuhan ya itu mah mau gimana lagi udah takdir. Prinsip gue tuh ya Le, mau sebesar apapun masalah yang lagi dihadepin, usahain untuk diskusi sama pasangan dan cari jalan keluarnya bareng-bareng sampe nemu solusi yang baik untuk keduanya. Jadi jangan sampe sekali pun keluar kata pisah gitu.”

Perbincangan terus berlanjut karena keduanya larut di dalam topik obrolan mereka pada siang hari ini. Dari obrolan mereka tersebut lah yang akhirnya meyakinkan Kale karena he really passed the test.

“Joan,” panggil Kale.

“Iya Kale kenapa?” jawab Joan.

“Tentang perjodohan kita, umm, I've decided that I'll give it a try. Bukan untuk coba-coba karena gue akan sangat serius untuk jalanin ini. Jadi, ya, aduh malu Joan haha aneeeh banget ko gue deg-degan,” ucap Kale sambil mengipaskan tangan di depan mukanya yang terasa panas.

“Haha samaa ko gue juga deg-degan. Jadi gimana Le?” tanya Joan.

“Joan, gue mau, untuk terima perjodohan ini.”