Perjalanan
Orang mana yang gojekin barang penting dari rumah ke bandara? Ya, betul, Joan adalah jawabannya. Orang gila. Untungnya, tas Joan sampai dengan selamat.
Setelah menunggu beberapa lama di bandara, akhirnya tiba lah saat giliran mereka untuk naik ke pesawat.
Saat mau take off, Joan menggenggam tangan Kale. Kale menoleh, “Kenapa?”
“Nggak apa-apa. Pengen pegang aja,” jawab Joan.
Bohong, Kale tau dari Bunda bahwa Joan takut masa-masa take off dan landing.
“Nggak usah bohong, gue tau. Udah gak apa-apa, ada gue,” ucap Kale sambil mengusap punggung tangan Joan yang menggenggam tangan Kale.
“Hehe. Pinjem dulu ya sebentar tangannya,” ucap Joan.
“Mau lama juga nggak apa-apa,” ucap Kale.
“Makasih yaa.”
“My pleasure, Joan.”
Setelah 7 jam berada di atas pesawat, akhirnya Joan dan Kale menginjakkan kaki mereka di negeri ginseng. Sesampainya di bandara, mereka sudah dijemput oleh supir milik kolega bisnis Joan.
Emang Joan relasinya kagak main-main.
“Excuse me Sir, do we directly go to hotel or do you want to visit some places first?”, tanya sang supir.
“Directly to hotel Sir. Do you know where is the hotel?” ucap Joan.
“Yes I am. My boss told me about the name and luckily i know where it is.”
“Sorry Sir, if you don't mind, can I ask you what is your name? But if you don't want to tell us, it's okay,” tanya Kale.
“My name is Farhan.”
“Loh, are you from Indonesia? Because your name doesn't sound like other Korean people,” ucap Kale.
“Yes, you're right.”
“Mas, masih inget bahasa Indonesia?” tanya Joan.
“Loh, Mas sama Mba dari Indonesia?” tanya Mas Farhan.
“Haha iyaa Mas, kita dari Indonesia,” ucap Joan.
“Oalah. Soalnya muka Mas sama Mba-nya kaya bule,” ucap Mas Farhan.
“Hahaha nggak Mas, kita Indonesia asli tok dari lahir.”