Hotel

Malam hari di Kota Seoul terlihat indah dari balkon hotel Joan dan Kale dengan pemandangan city light dari gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.

Mereka— Joan dan Kale memutuskan untuk tidur di hotel saja seharian karena ternyata badan mereka sama-sama capek.

“Jo, what will you do if someday i bring you a testpack with two lines on it?” tanya Kale.

Posisi mereka saat ini sedang berhadapan di mana tangan Kale berada di pinggang Joan dan tangan Joan menjadi bantal Kale sementara satu tangannya lagi memainkan rambut Kale.

What will I do ya hmm I never think about it, but I think, what will I do is crying while hugging you with a big smile from ear to ear.”

“Haha gue juga kayanya akan nangis dulu tapi nangis seneng. Gimana ya Jo rasanya hamil, bawa-bawa nyawa kemana-mana, gimana rasanya bisa ngeliat anak kita sendiri tumbuh, dari mulai dia lahir, ngerangkak, manggil kita sebagai orang tuanya, lari, ngomong, cerita, dan lain-lain. Oh my god, gimana ya rasanya jadi orang tua, gue suka ngebayangin deh.”

Tanpa sadar posisi mereka saat ini sangat dekat. Joan maju sedikit saja hidung mereka bersentuhan, maklum, mancung.

“Kale,” panggil Joan.

“Iyaa?” jawab Kale sambil menatap mata Joan.

“Mau tau rasanya jadi orang tua?”

“Iya dong mau. Emang lo nggak mau?”

“Gue mau lah pasti.”

“Syukur kalo lo mau juga.”

“Kale,” panggil Joan lagi. Kali ini sambil mengusap rambut Kale penuh sayang.

“Iyaa? Kenapa Joan?”

I'll help you to grant one of your wishes,” ucap Joan sambil mendekat. Kali ini hidung mereka sudah bersentuhan.

Which wishes?

To be a parents.”

Kale terdiam, masih shock dengan apa yang baru saja Joan lontarkan.

Can I do it now?” tanya Joan.

“Jo, but please do it slowly ya?”

I'll make you feel like you're the happiest girl ever tonight.”