Dokter
Kale dan Joan sedang berada di dokter umum, langganan Joan dari kecil. Namanya Dokter Eya. Aslinya sebenarnya bernama Dokter Ela, namun karena Joan kecil tidak bisa bilang 'Ela' secara jelas, maka dulu Joan memanggilnya dengan sebutan Dokter Eya, sampai sekarang.
“Selamat pagi Dok,” ucap Joan dan Kale saat memasuki ruangan praktik Dokter Eya.
“Pagi. Sini masuk, duduk,” ucap Dokter Eya ramah seperti biasanya.
“Ini dari yang saya liat, sekarang Kale ya yang berobat?” tanya dokter Eya.
“Iya Dok, saya yang sakit,” jawab Kale.
“Gimana tuh sakitnya, apa aja yang kerasa?”
“Saya kayanya kehujanan, terus sakit gitu Dok. Tadi malem demam agak tinggi, saya cek pake termometer sih di angka 38.5°C.”
“Ada gejala lain nggak? Kaya batuk atau mungkin bersin-bersin pilek?”
“Oh iya Dok, kata Joan, semalem saya batuk terus gitu pas lagi tidur.”
“Batuknya gimana?”
“Batuk kering sih Dok, belum yang berdahak,” jawab Joan.
“Ada suara tambahan gak pas lagi tidur? Kaya ada bunyi-bunyi lain gitu?”
“Nggak ada sih Dok seinget saya,” ucap Joan lagi.
“Yaudah mari, saya periksa dulu mungkin ya,” ucap Dokter Eya sambil menuju kasur periksa yang ada di kliniknya.
Setelah dilakukan beberapa pengecekan, seperti cek tekanan darah dan mengecek suara paru-paru dan suara detak jantung menggunakan stetoskop, akhirnya Dokter Eya kembali ke kursinya, begitu pun dengan Kale yang kembali menuju kursi tempat Ia duduk sebelumnya.
“Kale sama Joan di rumah ada yang merokok tidak? Atau mungkin di kantor?”
“Di rumah nggak ada sih Dok, soalnya saya atau Joan nggak ngerokok. Kalo di kantor mungkin ada sih Dok, temen-temen saya kalo break lunch suka ngerokok.”
“Kalo boleh tau, kerja di mana emang Kale?”
“Di Diamond Bank Dok.”
“Oalah. Sejauh ini ada ingus yang keluar?”
“Semenjak tadi pagi sih Dok, bening gitu warnanya.”
“Okay. Ada obat yang sudah dikonsumsi belum untuk meredakan gejalanya?”
“Ada Dok. Saya semalem minum paracetamol.”
“Ada alergi? Alergi obat atau alergi makanan?”
“Tidak ada Dok.”
“Okay. Nah, Kale, kamu menunjukkan gejala-gejala menuju common cold. Sebenernya ini bukan disebabkan sama kehujanan, tapi disebabkan oleh virus, namanya rhinovirus. Kenapa saya bilang ini disebabkan virus, karena ada fakta pendukung tadi kamu bilang ingusnya bening ya? Nah itu tanda kalo kamu terjangkitnya virus, bukan bakteri. Soalnya kalo bakteri warna ingusnya akan menjadi greenish atau agak kehijauan. Nah, ini tuh, sebenernya bisa menularnya lewat droplets dari bersin atau batuk orang yang emang lagi kena common cold juga. Sebenernya ini nggak apa-apa kalo nggak ke dokter karena imun kita bisa ngelawan. Ini mungkin saya resepkan obat untuk penurun panasnya, in case ada demam lagi. Terus ini untuk daya tahan tubuhnya ya, supaya kuat. Nanti, jika 3 hari tidak ada perubahan atau malah memburuk, datang lagi ke sini untuk pemeriksaan lebih lanjutnya,” ucap Dokter Eya sambil memberikan kertas resep kepada Joan dan Kale.
“Oke makasih banyak ya Dokter Eya,” ucap Joan.
“Iya, makasih ya Dokter,” ucap Kale.
“Iyaa, sama-sama. Semoga lekas sembuh ya.”
“Amin, makasih Dokter, kami pamit ya, selamat pagi Dok.”