Anin mengendarai motornya menuju tempat yang biasa ia tuju disaat genting seperti ini. Ia gemetar, sungguh. Biasanya dia pasti ditemani Aji, Chenza, atau Anette. Dia tidak pernah sendiri disaat seperti ini. Baru kali ini mantan nya itu, Dextra, menghubunginya di jam 12 malam seperti sekarang. Biasanya di rentang jam 8 atau jam 9, jam-jam orang masih terjaga. Kali ini, teman-temannya sudah tertidur. Beberapa kali ia telfon mereka, namun tidak ada yang menjawab panggilan telfon dari Anin.

Anin berhenti di lahan parkir motor yang ada di daerah Jalan Asia Afrika. Hanya tempat ini yang terfikirkan oleh Anin.

Harus cari tempat ramai, pikirnya.

Anin memarkirkan motornya dan berjalan menuju ke salah satu kursi yang ada di trotoar Jalan Asia Afrika.

Anin menangis di sana. Ia menunduk dan membiarkan rambut panjang nya terurai menutupi wajahnya. Kilasan-kilasan peristiwa yang terjadi padanya, yang disebabkan oleh mantan nya, kembali terbayang.

Dextra, teman SMA Anin, lebih tepatnya mantan nya. Mereka dulu berpacaran selama 5 bulan. Waktu yang cukup singkat. Dulu, Dextra baik. Baik sekali sampai Anin pun jatuh hati. Namun entah mengapa, sejak hubungan mereka memasuki bulan ke-3, Dextra berubah. Selalu mengatur Anin untuk ini dan itu, membatasi pertemanan Anin, manipulatif, sering mengucapkan hate speech kepada Anin, sampai pada puncaknya, Dextra main tangan. Sering sekali Dextra mengirimi nya pesan seperti ini :

Gua benci banget sama lo Nin

Kalo gua bisa milih, gua gamau kenal lo

Gua bosen banget sama lo

Nin gua cape banget sama lo

Lo gatau malu banget ya jadi cewek

Dan masih banyak lagi yang lain. Padahal, sebelumnya mereka biasa saja. Tidak ada masalah sama sekali. Teman-temannya Anin sangat tidak suka kepada Dextra.

Beberapa bulan setelah Anin dan Dextra putus, Dextra kembali mengiriminya pesan. Ucapan minta maaf dan janji-janji manis sering ia baca. Gua janji bakal berubah Nin, Nin gua minta maaf, Nin lo bener-bener kaya rumah buat gua dan blablabla yang lainnya. Anin sampai muak.

Lama-kelamaan Dextra makin berani untuk datang ke kosan Anin. Dextra tau kosan Anin karena dulu memang Dextra sering mengantar-jemput Anin, saat masih berpacaran tentunya. Dulu, pertama kali Dextra datang ke kosan nya setelah putus, awalnya Anin pergi menemui nya. Anin penasaran, apalagi yang akan dilakukan si brengsek ini. Ternyata Dextra memaksa Anin untuk kembali menjadi pacarnya. Ia sampai memohon-mohon. Buaya, pikir Anin. Anin menolak. Namun, bukannya berhenti, Dextra malah menampar pipi Anin, sambil mengucapkan kata-kata yang tidak pantas untuk didengar.

Sejak saat itu, Anin selalu block nomor Dextra. Tapi Dextra tidak gentar. Dia tetap menghubungi Anin menggunakan nomor yang berbeda. Setiap Dextra menghubungi Anin, pasti beberapa saat setelahnya Dextra sudah ada di depan kosan nya. Maka dari itu, Anin selalu pergi ke luar setiap kali Dextra menghubunginya.

Ia ketakutan.