2018 —Masa MPLS
“Siswi! Kenapa sepatu kamu tidak full hitam?” ucap salah satu panitia MPLS tahun 2018. Namun, siswi yang dimaksud oleh sang panitia tidak merasa bahwa pertanyaan itu ditujukan padanya, sehingga Ia tidak menoleh.
“Siswi yang pakai rok kotak-kotak merah!” panggil sang panitia itu lagi.
Satu-satunya siswi dengan rok kotak-kotak merah yang merupakan ciri khas seragam SMP asal nya itu menoleh, “Saya Kak?”
“Iya kamu, daritadi saya panggil-panggil!” ucapnya.
Sang siswi berdiri lalu menuju ke tempat panitia tersebut berdiri, “Kenapa ya Kak?”
“Siapa nama kamu Siswi?”
“Kanisha Kak,” ucap sang siswi yang ternyata bernama Kanisha.
“Dari kelompok berapa?”
“7 Kak.”
“Itu kenapa sepatu kamu tidak full hitam?!”
“Emang ada peraturan harus full hitam ya Kak?” tanya Kanisha sambil melihat ke arah sepatunya.
“Kamu tuh ya! Saya dan panitia lain udah susah-susah bikin peraturan tapi tidak dibaca!” ucapnya marah. Dari name tag di baju seragam nya tertulis nama “Alvaro”.
Tiba-tiba datang lah seorang siswa dari arah tangga dengan seragam khas SMP negeri, putih-biru.
“Kak izin lapor, saya sudah kembali dari toilet!” ucapnya.
“Kamu izin nya tadi 3 menit ya! Ini 5 menit!” ucap Kak Alvaro.
Demi Tuhan, 2 menit doang.., batin Kanisha.
“Maaf Kak!” ucap sang siswa.
“Aduh ini siswa baru kenapa gak ada yang bener sih?! Yang cewek sepatu nya gak full hitam, yang cowok dateng nya telat 2 menit!” ucap Kak Alvaro.
“Kak izin interupsi, di buku peraturan memang tidak dituliskan bahwa sepatu harus full hitam,” ucap sang siswa. Kanisha yang mendengar hal tersebut menoleh ke arah siswa itu.
“Jangan sok tahu kamu! Kan yang bikin juga saya dan panitia! Memang nya kamu hafal?!” ucapnya.
Ni Kak Alvaro bacot banget sumpah, batin Kanisha lagi.
“Hafal Kak! Satu, bagi siswa perempuan yang panjang rambut nya melebihi bahu harus diikat, bagi siswa laki-laki rambut tidak boleh lebih panjang dari alis dan telinga. Dua, harus datang maksimal 5 menit sebelum waktu yang telah ditentukan. Tiga, harus selalu menerapkan 7s, senyum, salam, sapa, sopan, santun, sigap, dan semangat. Empat, wajib menggunakan atribut lengkap sesuai standar berseragam sekolah asal. Li—”
“Cukup. Pusing saya. Kalian berdua balik lagi ke tempat masing-masing!” ucap Kak Alvaro memotong omongan sang siswa tersebut.
Keren, siapa juga yang sampe hafalin buku peraturan, batin Kanisha.
Belum sempat melihat name tag, siswa tersebut langsung berlalu menuju tempat nya berasal.
Yah, belum bilang makasih, batin Kanisha.
Saat ini sedang waktu nya ishoma, alias istirahat-sholat-makan. Kanisha bersama Nila, sahabat karib nya semenjak sekolah dasar, duduk di aula bersama dengan siswa lainnya.
“Nila, gue masih penasaran, itu yang tadi, siapa ya nama nya?” ucap Kanisha.
“Nanti juga ketemu,” ucap Nila.
“Keren banget sumpah! Gue masih speechless kalo inget yang tadi,” ucap Kanisha sambil melihat sekitar aula. Matanya mencari-cari sosok yang tadi membacakan peraturan di depan Kak Alvaro.
“Nila itu anjir yang itu! Duduk dipojok yang kotak bekel nya warna navy!” ucap Kanisha sambil menggoyang-goyangkan tangan Nila saat matanya menangkap sosok yang dicarinya.
“Mana anjir?”
“Itu! Itu!” ucap Kanisha, kali ini sambil menunjuk daerah tempat si cowok itu duduk.
“Anjir nggak usah ditunjuk gelo nanti orang nya ngerasa,” ucap Nila sambil menarik tangan Kanisha untuk turun.
“Kalo gak gue tunjuk ntar lo bingung yang mana.”
“Eh itu ganteng banget sumpah sebelah nya si cowok yang lo maksud itu Sha, yang pake celana pendek,” ucap Nila salah fokus.
“Kalo pake celana pendek alamat beda server sama kita La, ngerti lah,” ucap Kanisha.
“Ah anjir beda server mah susah.”
“Eh berdiri mereka, eh lewat sini kan ya, fix harus liat nama nya La,” ucap Kanisha saat melihat cowok yang Ia maksud dan cowok yang Nila maksud berdiri, sepertinya untuk ke toilet.
Saat itu lah Kanisha akhirnya tahu jika cowok yang Ia cari bernama “Angkasa B. Dirgantara” dan cowok yang Nila maksud bernama “Winata Adi Surya” berdasarkan name tag mereka.
“Makasih ya tadi lo nolongin gue dari panitia!” ucap Kanisha sambil mengulurkan tangan nya saat Ia melihat Angkasa sedang berdiri menunggu ada yang jemput.
“Oh? Sama-sama,” ucap Angkasa menghiraykan uluran tangan dari Kanisha. Merasa awkward akhirnya Kanisha menurunkan tangan nya.
“Gue Kanisha,” ucap Kanisha memperkenalkan diri.
“Angkasa,” ucap Angkasa.
“Sekali lagi makasih ya Ka!” ucap Kanisha.
“Ya,” ucap Angkasa dingin.
Demi Tuhan dingin banget, tapi kok gue deg-degan ya? Aneh. Kaya mules gitu tapi gak pengen ke toilet, batin Kanisha.
Sejak hari itu lah Kanisha sadar (dibantu oleh Nila juga sebenarnya) bahwa Ia memiliki perasaan pada Angkasa karena alasan yang sederhana.